WHAT TO DO
Ketika berkunjung ke Kampung Laweyan Solo, berikut adalah wisata yang akan kalian bisa dapatkan selama berkunjung ke Kampung yang eksotis di Kota Surakarta, Jawa Tengah.
1. Wisata Belanja
Menyusuri gang di Kampung Batik Laweyan anda akan mendapati sekitar 70 toko / showroom penjualan aneka kerajinan batik dan souvenir, dengan kualitas dan motif berbeda dibanding produk di pasar atau mall.
![]() |
Para pengusaha di Kawasan Kampung Batik Laweyan di Solo menjual batik berupa pakaian, kerajinan tangan, lukisan, kain, dan sebagainya. Harga Batik yang dijual di Kampung Batik Laweyan Solo ada bermacam-macam, dari harga Rp. 50.000 hingga jutaan rupiah.
Suasana Kampung Batik Laweyan sangat berbeda dengan suasana pada tempo dulu. Dari 8 pengusaha batik yang tersisa pada tahun 2004, kini sebanyak 90 kepala keluarga dari 110 kepala keluarga di kampung Laweyan adalah pengusaha batik. Sedangkan, 20 kepala keluarga lainnya bekerja sebagai buruh batik (pembatik), baik batik cap, printing, maupun batik tulis. Batik cap dibuat dengan teknik cap (semacam stempel besar). Pembatik tinggal menekan kuat-kuat cap bermotif batik yang sudah diberi malam (lilin batik) cair, ke atas kain. Sedangkan yang dimaksud Batik printing adalah Batik sablon. Sementara untuk batik tulis, si pembatik melukis kain secara manual dengan canting (alat untuk membatik).Kampung Laweyan pun kembali menggeliat. Biro-biro perjalanan pun berdatangan untuk menjalin kerja sama dengan Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan. Wisatawan, baik lokal maupun asing, bisa datang ke kampung Laweyan dengan bukan sekadar belanja Batik, namun juga bisa melihat proses pembuatan batik sekaligus belajar membatik secara langsung.
![]() |
Batik Kombinasi di Kampung Batik Laweyan |
2. Wisata Heritage
Kampung Batik Laweyan terkenal menjadi ikon Wisata Heritage di Kota Solo, Jawa Tengah dan sudah beroperasi sejak zaman Kerajaan Pajang tahun 1546 M.
Geliatnya di era modern dimulai tahun 1912. Kala itu, Solo berdiri sebuah asosiasi dagang pertama di nusantara yang diinisiasi salah satu pahlawan kemerdekaan, Samanhudi. Ia bersama para saudagar batik pribumi membangun Syarekat Dagang Islam (SDI).
Laweyan di masa lalu pernah menjadi pusat perdagangan karena letaknya di tepi Sungai Banaran yang terhubung dengan Sungai Bengawan Solo, 5 km dari pusat kota Surakarta.
Di sungai ini terdapat Bandar Kabanaran tempat berlabuh perahu-perahu sebagai arus perdagangan terutama komoditas benang lawe dan selanjutnya batik. Awal mulanya daerah Laweyan banyak ditumbuhi pohon kapas untuk benang lawe. Sebutan benang lawe digunakan untuk kain-kain hasil tenun dan bahan pakaian.
Kini, masih bisa kita temui sungai dengan jembatan yang menghubungkan daerah tempat tinggal buruh di bagian selatan kota (lingkungan kecamatan Grogol) dengan daerah kerja yang terletak di dalam kota.
![]() |
Sungai Banaran |
Masjid Laweyan yang merupakan Masjid tertua yang saat ini masih berdiri kokoh dan menjadi bukti penyebaran agama Islam di Solo pada masa Kerajaan Pajang. Masjid Laweyan terletak di Jl. Liris No1. Pajang Laweyan, Kampung Batik Laweyan, Dusun Belukan RT. 4 RW. 4, Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan, Surakarta.
Masjid Laweyan berdiri sejak tahun 1546, Dimasa Kerajaan Pajang jauh sebelum berdirinya Surakarta (1745M). Kerajaan tersebut merupakan cikal bakal kesultanan Mataram yang kemudian pecah menjadi Kasunanan Surakarta dan Ngayogyakarta. Didirikan pada masa Pemerintahan Sultan Hadiwijaya di Kerajaan Pajang, jauh sebelum adanya Masjid Agung Solo. Hebatnya, bangunan Masjid Laweyan masih kokoh berdiri, bahkan beberapa ornamen masjid masih terjaga dengan baik. Selain itu, ada juga beduk dan kentongan yang usianya ratusan tahun. Sisa bangunan yang usianya tua adalah 12 tiang utama masjid yang terbuat dari kayu jati.
![]() |
Masjid Laweyan |
Kota Solo juga menyimpan kenangan sejarah dari Museum Samanhudi. Diketahui bahwa KH Samanhudi adalah pendiri Sarekat Islam. Pada masanya, beliau adalah saudagar batik yang terkenal di Laweyan. Di Museum Samanhudi terdapat beberapa peninggalan tentang kehidupan KH Samanhudi
Memasuki ruangan museum, satu-satunya ruangan yang ada, terlihat bahwa museum ini memang kecil, dan sederhana. Bukan hanya bangunan dan penataan ruangannya, namun koleksi museum pun kebanyakan hanya berupa foto dan dokumentasi dan tulisan. Museum ini sebelumnya berada di rumah Samanhudi di Laweyan.
Komentar
Posting Komentar