Kampung Batik Laweyan (Kampung Batik Village)

Sumber: blog.airyrooms.com

      Laweyan merupakan sentra industri batik sudah ada sejak masa Kerajaan Pajang yang berdiri sekitar 400-an tahun yang lalu. Kampung Laweyan sudah ada sejak tahun 1546. Disini pula, Syarekat Dagang Islam berdiri. Kampung Kuno nan eksotis ini memiliki andil sejarah yang besar dalam perjalanan batik Solo. Terletak di sisi selatan Kota Solo dan berbatasan dengan Kabupaten Sukoharjo, Kampung bersejarah ini menjadi favorit baik bagi turis domestrik maupun mancanegara. Kampung ini memiliki tata ruang yang khas, perpaduan bangunan menjulang dengan gang yang sempit membentuk lorong, sehingga menyusuri kampung ini seakan menyusuri lorong sejarah. Rumah juragan batik berarsitektur campuran Jawa, Eropa, China dan Islam dijadikan gerai penjualan batik dengan konsep “Rumahku adalah galeriku”.

        Kampung Laweyan merupakan salah satu jejak sejarah yang penting dalam proses pembentukan Kota Surakarta, sekaligus sebagai landmark dari lingkungannya yang juga mewadahi fungsi kultural dan juga ekonomi tinggalan masa lampau. Selain itu Kampung Laweyan juga sebagai sebuah kawasan strategis yang berpotensi ekonomi. Kampung Laweyan di dalam aktifitasnya sebagai sebuah enclave historis saat ini telah berkembang menjadi pusat lingkungan (sosial, ekonomi, seni, historis, dan kebudayaan), sekaligus sebagai magnet pariwisata dengan corak khas, serta sebagai salah satu agenda kunjungan wisata.

      Ratusan Bangunan kuno berjajar rapi menyambut kita dengan senyum tuanya disepanjang jalan dan lorong-lorong kampung ini. Kampung laweyan memiliki banyak lorong-lorong sempit yang memisahkan satu rumah dengan yang lain, akibat dari banyaknya benteng atau pagar tinggi bangunan-bangunan rumah milik para saudaga batik yang ingin memperoleh keamanan maupun Privacy di tanah kekuasaan tempat tinggalnya, tentu saja Lorong-lorong ini menawarkan hal baru yang siap dijelajahi, dan jangan bayangkan lorong-lorong dikampung ini seperti gang-gang sempit dikota besar seperti Jakarta dan Surabaya yang kumuh dan jorok, namun ketika memasuki lorong, suatu kawasan surga wisata sejarah yang akan membawa untuk mengingat memori masa-masa pra-kemerdekaan yang kental disini.






      Dengan bentuk arsitektur, kemewahan material, dan keindahan ornamennya, seolah para raja batik zaman dulu ingin menunjukkan kemampuannya untuk membangun istananya. Tentu saja tak semuanya bisa membangun istana yang luas, karena di kanan-kiri rumah mereka adalah lahan tetangga yang juga membangun istananya sendiri-sendiri. Alhasil, perkampungan Laweyan juga dipenuhi dengan berbagai Istana mini, dipisahkan tembok-tembok setinggi 3 meter hingga 5 meter, dan menyisakan gang-gang sempit.





      Kampung Batik Laweyan adalah sebuah wisata Heritage khas kota Solo. Langkah-langkah pengembangan wisata Heritage di Kampung Laweyan memberikan dampak positif terhadap masyarakat sekitar. Jumlah pengusaha batik di Kampung Laweyan bertambah drastis dari yang semula hanya 8 orang menjadi 90 kepala keluarga (dari total 110 kepala keluarga di sana) di tahun 2004. Pendapatan mereka dari penjualan batik ini meningkat seiring terkenalnya Kampung Laweyan. Masyarakat Laweyan pun perlahan-lahan kembali ke mata pencaharian mereka sebagai pengusaha batik.

      Upaya dari pemerintah kota Surakarta untuk mensinergiskan eksistensi Kampung Laweyan sebagai daerah tujuan wisata sekaligus sebagai kawasan cagar budaya adalah dengan menetapkan Visi yaitu, menjadikan kawasan Laweyan sebagai kampung batik dan cagar budaya melalui pengembangan industri batik, pelestarian situs sejarah, arsitektur khas Laweyan, lingkungan alam serta sosial budaya sehingga menjadi salah satu identitas Kota Surakarta”.

        Sebagai kawasan cagar budaya, dilokasi tersebut banyak ditemukan situs-situs bersejarah antara lain Masjid Laweyan, makam ki Ageng Henis, Langgar Merdeka, Langgar Makmoer, Ndalem Tjokrosumartan, Puri Baron (Eks Kantor Petani), Tuju Lilin, rumah dan Museum H. Samanhudi (pendiri Serikat Dagang Islam). Kampung Laweyan didesain sedemikian rupa sebagai upaya untuk mempercantik kawasan dan nyaman bagi para pengunjung yang datang ke Kampung Laweyan.


Masjid Laweyan

Langgar Merdeka

Museum K.H Samanhudi


Makam Laweyan dimana Ki Ageng Henis, Pakubuwono II, Permaisuri Pakubuwono 5
Nyi Ageng Pandanaran, Nyi Ageng Pati, Pangeran Widjil I Kadilangu, serta jumlah tokoh
lain semuanya disenyamkan di Makam Laweyan

      Rumah Kampung Laweyan dibuat sebagian tempat tinggal sekaligus showroom batik-batik yang masyarakat hasilkan. Jarik dengan motif Tirto Tejo dan Truntun merupakan ciri khas utama batik Laweyan, dan beberapa khas batik Solo. Selain karena hasil batik yang sangat menajubkan, pengunjung sejenak bersantai dimanjakan dengan musik khas solo seperti Kroncong, karawitan dan rebana. Musik tersebut merupakan jenis kesenian tradisional yang banyak ditemukan di masyarakat Laweyan. 









Yuk, berkunjung ke Kampung Batik Laweyan! 😁

Komentar

Postingan Populer